1Silat - Unity in Diversity

Sunday 6 May 2007

Pencak Silat seni beladiri atau sport

Menyangkal sebuah pendapat jika kesuluruhan penduduk di tanah air tidak mengenal ilmu beladiri peninggalan nenek moyangnya yang tersebar di kawasan Nusantara.

Pencak Silat bukanlah ceritera baru , semenjak zaman perjuangan kelompok-kelompok maupun secara perseorangan pemuda dan pemudi dalam menentang penjajahan kolonial Belanda , hingga saat ini terus mempelajari dan mengembangkan ilmu beladiri ini.

Memang kawasan orang banyak secara terinci tidak banyak mengenal kandungan dan perkembangan pencak silat secara menyeluruh. Pencak silat pada awal mulanya kita kenali sebagai perwujudan ilmu beladiri praktis dan seni pertunjukan.

Di daerah Jawa Barat kesenian ini , dipertunjukkan sebagai hiburan mana kala keluarga hendak megadakan upacara hitanan anak lelakinya, Masyarakat Betawi pula mempertunjukan seni beladiri khas Betawi dalam acara "buka palang pintu" saat upacara pernikahan adat Betawi berlangsung.

Masyarakat Madura mempertontonkan kebolehan pencak silat dalam area pada malam arisan kifayah yang biasanya diadakan setiap malam minggu.

Masyarakat Bugis memainkan manakala saat terang bulan di tepi pantai dan masyarakat Minangkabau saat pesta menuai padi dan pesta pengangkatan datuk dalam susunan pongawa nagari.

Sebagai selingan disajikan pula pertunjukan ilmu ilmu kanuragan Tentunya masih banyak lagi dalam rangkaian pertunjukan pencak silat di daerah daerah lainnya yang serupa seperti diatas.

Menelurusi penyebaran seni beladiri pencak silat dari daerah daerah yang memiliki aliran pencak silat yang terkait dengan tradisi sehari-hari , merembah keseluruh kawasan kepulauan Nusantara dan pencak silat tumbuh menjadi persilangan teknik dan budaya yang membentuk teknik tradisi baru.

Keawaman pemirsa pencak silat, tidak boleh nampak lagi asal muasal dari daerah dan aliran berasal.

Beranjak tahun 1973, karena tuntutan tumbuh suburnya perkembangan beladiri asing yang datang dari Jepang, setara waktu tenggelamnya minat pemuda akan seni beladiri peninggalan nenek moyang, Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) mencoba bangkit tuk menjawab tantangan zaman, dengan mempertandingkan pencak silat sebagai olahraga diperingkat nasional hingga regional dan bangkan keseluruh dunia.

Tumbuh subur pencak silat sebagai cabang olahraga primadona hingga ahir tahun 90 an hingga pejalanan berikutnya menapak jalan sampai jatuhnya impian di tahun 2000 , dominasi sangjuara sebagai negara pendiri pencak silat dikalahkan oleh team pencak silat Vietnam (ISAVIE).

Disela-sela waktu tuk mewujudkan impian kejayaan pencak silat hingga dapat dipertandingkan diperingkat Asian Games bahkan Olympiade , para tokoh dunia persilatan terlena dengan aspek lain dari pada pencak silat.

Pencak silat beladiri dan seni yang tersisih tidak mengenyam kejayaan seperti pencak silat olahraga , karena kurang mendapat sentuhan perhatian, aliran atau perguruan pencak silat traditional terhempas dari percaturan perkembangan di tanah air Banyak jumlah aliran atau perguruan yang tidak dapat mengikuti derap lajunya perkembangan pencak silat olah raga, terkesok dan mati.

Memantau perguruan/aliran pencak silat betawi sebagai tolak ukur banyaknya jumlah aliran/pergruruan secara nasional. Perguruan yang tersisa tinggal 25% yang masih aktif. Keberadaan pencak silat yang sangat mengawatirkan ini membuat risau pendekar pendekar muda ataupun pemerhati beladiri lainnya.

Secara sporadis tumbuh dikalangan pemuda-pemuda yang memiliki latar belakang disiplin ilmu beladiri yang berbeda-beda, untuk duduk berkumpul memikirkan keadaan yang tak elok dirasakan.

Bagai mengumpulkan tulang belulang yang berserakan untuk besama manata kembali dengan mengadakan forum diskusi pelestarian, promosi, publikasi, dukumentasi serta mengadakan pelatihan dengan kuntribusi bersama.

IPSI selaku organisasi yang memayungi pencak silat , juga berupaya untuk menumbuh hidupkan kembali pencak silat tradisional yang sudah ditinggalkan kaum generasi muda, dengan mengadakan festival pencak silat traditional 2005 di Cibubur, tentu harapan ini tidak semudah seperti yang kita harapkan.

Banyak perguruan pencak silat tradisional, seusai festival kehilangan kembali murid-muridnya , para pelatihnya juga kembali berpacu dengan kehidupan yang keras dan harus digeluti.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul tentang, penyebaran pencak silat perlu sebuah pendekatan agar dapat menutupi kesenjangan diantara perguruan-perguruan pencak silat dan sekaligus meningkatkan kwalitas sesuai dengan kondisi setempat.

Oleh karena itu yang diperlukan adalah "dual approach" atau pendekatan ganda:

Untuk perguruan-perguruan besar dimana, perguruannya sudah dapat menyebar dengan sendirinya, yang perlu diutamakan oleh pihak IPSI adalah bimbingan untuk dapat meningkatkan kwalitas pesilat dan organisasinya.

Untuk memenuhi kebutuhan itu, perlunya perguruan tradisional dan pencak silat aliran, mengirimkan pelatih-pelatih yang berkwalitas, untuk dapat mengadakan pelatihan peringkat nasional secara teratur bekerja sama dengan organisasi nasional setempat.

Materi pelatihan juga harus sistematis dan bervariasi. Pengetahuan pesilat dan pelatih perlu ditambah terus-menurus dengan memberikan jurus-jurus baru tidak terbatas pada jurus tunggal, ganda dan beregu semata.

Dalam meningkatkan paket pelatihan kita bisa belajar juga dari Vietnam. Metode kepelatihannya sebetulnya sederhana, seperti layaknya yang dilakukan oleh tim Indonesia, meningkatkan kekuatan, kecepatan dan ketepatan.

Yang berbeda, acapkali mengundang pakar beladiri lain untuk berdiskusi memecahkan persoalan tim pencak silatnya dan mengkaji peta kekuatan lawan yang akan dihadapi dan memprediksikan perubahan dan perkembagan teknik lawan melalui media video.

Hasil dari diskusi diimplimentasikan dalam bentuk cara melatih dengan alat-alat bantu.Pendekatan individual diterapkan dengan rincian tabel dan data base agar perkembangan program latihan dapat dimonitor dengan baik dan tepat.

Prioritas akhir dari program ini meningkatkan "timing in fight" dengan memperbanyak latihan sabung dan studi kasus. Menarik diamati adalah dukungan dari semua pakar disiplin ilmu untuk kemajuan pencak silat Vietnam.

Model yang komprensif ini mungkin menarik untuk diadopsikan dan dikeembangkan dan disebarkan ke keseluruh perguruan-perguruan lain, agar pencak silat dapat tumbuh dengan baik.

Selain pelatihan teknis juga perlu diberikan seminar untuk menjelaskan pencak silat dari perspektif budaya dan sejarah agar orang dapat mengerti pencak silat secara keseluruhan.

Penyebaran informasi harus dihidupkan lewat berbagai macam media termasuk buku, majalah pencak silat, video, membuat web site dan menghidupkan forum diskusi, agar orang lama kelamaan tahu yang mana informasi yang benar dan yang mana yang salah.

Untuk perguruan yang pesilatnya belum maju kita harus fokus mencoba memperkenalkan kembali pencak silat dan membantu mendirikan atau menghidupkan kembali organisasi pencak silat keperingkat daerah hingga nasional. Ikatan Pencak Silat Indonesia perlu mendekati pemerintah daerah, supaya perkembangan pencak silat juga mendapat dukungannya.

Jika pemerintah daerahnya sangat miskin perlu juga diberikan insentif tertentu agar tidak terlalu berat mengeluarkan biaya pada awal mulanya. Sebetulnya KONI dan DIKBUT seharusnya juga dapat membantu mempromosikan kegiatan pencak silat sebagai bagian dari tanggung jawabnya, namun sayang jarang terjadi, atau jika terjadi hanya untuk keperluan sesaat.

Di sini PB.IPSI perlu pula mengadakan pendekatan kepada departemen-departemen terkait. Agar pencak silat terintegrasi dalam kegiatan mereka. Untuk mempromosikan pencak silat, kiranya kita juga harus dapat mengirimkan tim demo dari pusat.

Sebaiknya pula dikembangkan satu kit dengan semua informasi dasar tentang pencak silat termasuk teknik dasar pelatihan dan olah-raga agar bisa dipakai sebagai referensi oleh pelatih dan atlit yang baru mengenal pencak silat, jika perlu dalam bahasa lokal agar mudah dimengerti.

Video tuntunan berlatih sangat penting untuk memudahkan pemahaman dan nyebaran pencak silat di daerah yang masih kurang mengenal pencak silat.

Banyak lagi usulan-usualan yang bisa ditambah di sini, namun yang kita perlu bicarakan bersama adalah bagaimana kita bisa mempersiapkan diri dalam melakukan tugas yang begitu kompleks ini.

Semua rencana ini tidak akan dapat jalan jika kita tidak mampu melakukannya. Oleh karena itu yang paling mendesak untuk menjawab tantangan adalah meningkatkan SDM insan pencak silat Indonesia sendiri. Marilah kita memikirkan bersama di mana kita akan mulai.

Sumber: http://www.kpsnusantara.com

Saturday 14 April 2007

Silat olahraga jejas seni warisan nusantara

PENCAK silat yang diiktiraf sebagai satu seni rumpun Melayu nusantara pada seminar persilatan yang diadakan sempena Festival Silat Nusantara di Terengganu pada 1997 mencetuskan tanda tanya apabila ia kini mula dimonopoli oleh negara asing seperti Vietnam, Myanmar, Filipina dan tidak kurang juga negara dari Eropah.

Malah, Malaysia dan Indonesia yang satu ketika dulu dijulang sebagai negara utama pengembang seni silat di dunia, kini mula gentar dengan peningkatan drastik Vietnam di setiap kejohanan yang membabitkan sukan terbabit.

Kini, senario sukan pencak silat dunia yang menampilkan beberapa kategori seperti silat olahraga dan beberapa kategori seni semakin dikelirukan kerana pemerhati sukan itu sejak dulu melihat berlakunya arus yang merubah keaslian seni silat yang dibanggakan sejak zaman Kesultanan Melayu Melaka itu.

Hakikatnya, wajarkah seluruh warga nusantara berasa gusar dengan senario ini dan beranggapan seni silat sudah jatuh ke tangan negara asing dan terus mendakwa bahawa Malaysia tidak layak lagi digelar kuasa unggul seni persilatan Melayu.

Jika diperhatikan secara terperinci, pastinya seluruh warga persilatan bersetuju bahawa seni silat yang dibawa ke medan pertandingan kini tidak layak digelar silat kerana ia seakan-akan acuan seni pertahanan diri lain.

Peminat silat tidak berpeluang lagi melihat keaslian silat seperti langkah perguruan, seni pukulan asal, gerak lenggok tari asli dan seni kuncian malah boleh dikatakan yang ada di gelanggang pertandingan silat kini sama dengan apa yang dipertontonkan di gelanggang taekwondo, karate dan beberapa seni pertahanan diri negara luar.

Gurulatih Utama Pertubuhan Seni Silat Pusaka Gayong Malaysia (PSSPGM), Majid Md Isa, berkata seni silat yang dipertandingkan kini tidak layak digelar silat kerana tiada lagi keaslian silat digunakan dalam setiap kategori dipertandingkan.

Malah, katanya, tiada apa lagi yang boleh dibanggakan masyarakat silat kini kerana apa yang dipertontonkan pada khalayak dunia lebih bersifat satu seni campuran yang dipertandingkan atas nama silat.

"Cubaan negara luar mewujudkan pelbagai kategori yang menghapuskan terus seni keaslian silat jelas kelihatan dalam pertandingan silat olahraga di mana kaedah kunci, langkah seni asli dan permainan pertubuhan tidak lagi digunakan malah teknik kuncian terus diharamkan dalam sukan itu.

"Jadi, bagaimana kita mahu menggelarnya sebagai seni silat jika ia tidak lagi menggunakan seni permainan silat. Apa yang dirisaukan, pada masa depan seni ini akan terus hilang jika generasi muda yang sepatutnya mewarisi seni ini didedahkan dengan sesuatu yang bersifat rekaan.

"Bagaimanapun, apa yang diamalkan di beberapa gelanggang silat di pelosok kampung masih lagi mengekalkan keasliannya dan wajar diangkat sebagai seni silat yang harus dipelajari generasi muda supaya ia tidak terus tenggelam dengan strategi sukan negara asing," katanya.

Jika diperhalusi kata-kata itu, diakui ada kebenarannya kerana setiap pertandingan pada masa ini menampilkan satu corak permainan seragam yang langsung tidak menggambarkan keindahan seni pertubuhan masing-masing seperti yang dapat kita lihat pada masa dulu.

Jika kita melangkah ke pelosok kampung, di kenduri perkahwinan, pastinya kita leka melihat kelembutan permainan seni tari asli silat yang dipersembahkan di depan pengantin malah seni permainan silat pulut yang popular di kalangan orang lama, amat indah dipertontonkan.

Tetapi, mampukah kita melihatnya secara meluas kini dan adakah generasi muda menggemarinya kerana ia langsung tidak menjanjikan peluang mengembangkan bakat di persada sukan antarabangsa.

Pastinya persoalan ini perlu diberi perhatian kerana jika seni silat yang diangkat sebagai satu-satunya seni pertahanan diri bangsa Melayu, jika dibiarkan dicerobohi dan diadun sesuka hati, akan menyebabkan kita kehilangan satu seni yang boleh dibanggakan selama ini.

Namun, persoalannya adakah kita mampu bertindak mengembalikan seni itu ke landasan sebenarnya sedangkan Pertubuhan Silat Kebangsaan (Pesaka) sebagai badan yang bertanggungjawab memayungi 386 pertubuhan di seluruh negara juga seakan sentiasa berkecamuk dengan isu dalaman sehingga kadang kala terlupa berkenaan matlamat asal penubuhan untuk menjaga martabat silat sejagat.

Jika dulu, Malaysia boleh mendabik dada dengan seni permainan yang digeruni seluruh dunia pada zaman kejaguhan nama-nama besar seperti Wan Aminuddin Baki, Abdul Ghaffar Abdul Majid (Jebat) dan Rozaidi Abdul Rahman sebagai jaguh persilatan yang amat memelihara keaslian silat, kini, kita dihidangkan dengan jaguh saduran yang leka mengkaji teknik permainan dari negara luar.

Pergilah ke ceruk mana sekalipun, masyarakat persilatan negara kita kini begitu taksub dengan pelbagai teknik negara luar. Malah ada ketika jika diamati ia tidak ubah seperti teknik yang digunakan dalam sukan wushu dan karate.

Rasanya, sudah sampai ketikanya, Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan bertindak untuk mengembalikan seni warisan masyarakat Melayu itu supaya ketika negara ini berjaya pada 2020, kita masih mampu berkata `Inilah budaya asli kita'.

Tetapi, mampukah kementerian menjalankan tanggungjawabnya secara berkesan kerana seluruh warga persilatan sedia maklum bahawa kementerian pada satu ketika dulu pernah berura-ura mewujudkan Seni Silat Malaysia yang menggunakan silibus seragam pada setiap pertubuhan sekali gus bakal menghapuskan terus seni asal setiap pertubuhan.

Tepuk dada tanya selera. Jika kita mahukan seni ini terus dipertahankan, setiap yang bertanggungjawab perlu segera bangkit dan berusaha menyelamatkan seni ini daripada terus ditindas dan dinodai secara terang-terangan dengan apa cara sekali pun. Ingat kata hikmat Laksamana Hang Tuah: `Takkan Melayu hilang di dunia'. Tetapi adakah Melayu hanya kekal pada nama tanpa ada seninya?

Sumber: http://setanjak.blogspot.com/2007/04/silat-olahraga-jejas-seni-warisan.html

Friday 2 March 2007

UTM kutip 2 perak, 2 gangsa dalam Kejohanan Pencak Silat Piala TNC (HEP)

Pasukan Silat UTM berjaya membawa pulang 2 pingat perak dan 2 pingat gangsa dalam kategori Silat Olahraga dalam Kejohanan Pencak Silat Piala Timbalan Naib Canselor (HEP & Alumni) Universiti Malaya yang diadakan pada 1 hingga 4 Februari di Dewan Sri Tanjung, Kolej Kediaman Tun Syed Zahiruddin, Universiti Malaya.

Kejohanan ini disertai oleh 12 buah kontinjen daripada IPTA-IPTA seluruh Malaysia, antaranya Universiti Islam Antarabangsa (UIAM), Universiti Teknologi Mara (UiTM), Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Universiti Putra Malaysia (UPM), Universiti Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM), Universiti Industri Selangor (UNISEL) dan beberapa
IPTA lain.

Menurut Jurulatih pasukan Silat UTM, Ahmad Adli Ghazali, pasukan UTM menghantar sembilan orang pesilat ke kejohanan ini.

"Walaupun menjalani latihan singkat serta kurang berpengalaman bagi menghadapi kejohanan besar seperti ini kejayaan merangkul 2 pingat perak dan 2 gangsa jelas memperlihatkan kesungguhan serta komitmen yang tinggi daripada para pesilat".

"Ramai menjangkakan pesilat UTM akan menjadi 'pesilat belasahan' di kalangan pasukan lain diperingkat saringan".

"Namun jangkaan mereka meleset sekali kerana 2 pesilat kita berjaya ke peringkat akhir dan 2 lagi ke separuh akhir. Walaupun tewas, prestasi mereka cukup memberansangkan dan mendapat pujian penonton".

"Selepas ini , mereka akan beraksi pula di dalam kejohanan MASUM yang akan berlangsung pada bulan Mei nanti," katanya.

Jelas Adli lagi, "Komitmen, latihan yang cukup serta peralatan yang lengkap amat diperlukan untuk menjadikan pasukan Silat UTM satu pasukan yang benar-benar mantap dan mampu mengharumkan nama UTM pada masa akan datang.

"Taraf permainan Silat khususnya Silat olahraga perlu dipertingkatkan sejajar dengan imej UTM sebagai sebuah Institusi Pendidikan Tinggi yang mementingkan adat serta warisan budaya," katanya.

Penutupan rasmi kejohanan dilakukan oleh Timbalan Ketua Pengarah, Jabatan Kebudayaan dan Kesenian Negara, Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia, En. Mohd Razy Mohd Nor.

Dalam ucapannya beliau berkata, "Silat merupakan salah satu unsur di dalam pembentukan jati diri bangsa Melayu".

"Apatah lagi pada masa sekarang, anak- anak Melayu seperti sudah hilang jati diri dan tidak mampu untuk mengharungi pelbagai rintangan yang bakal dihadapi. Oleh itu mereka khususnya mahasiswa, perlulah mendapatkan semula jati diri dan kegemilangan bangsa Melayu tersebut," katanya.

Sumber: http://web.utm.my/skpost/index2.php?option=content&do_pdf=1&id=599

Monday 5 February 2007

Atlet Sepak Tajkraw & Silat Angkat Martabat USIM

5 Februari 2007 - Ternyata penjenamaan Kolej Universiti Islam Malaysia (KUIM) kepada Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) telah membakar semangat juang kontingen USIM ke 2 Kejohanan yang berlangsung pada 1 hingga 4 Februari lalu.

Regu Sepak Takraw USIM Cipta Sejarah
Di UiTM Perlis pasukan sepak takraw USIM yang menyertai Kejohanan Sirkit Gemilang MASUM telah berjaya menempa sejarah apabila menduduki tempat ke 3 keseluruhan bersama pasukan UPM dan UiTM yang masing-masing menggunguli tempat kedua dan pertama.

Kejohanan yang menyaksikan penyertaan terbesat iaitu hampir 44 buah regu dari seluruh IPT turut menyaksikan kebangkitan regu muda USIM yang dibarisi pemain semester kedua yang berjaya menempatkan diri dikelompok 16 pasukan terbaik. USIM yang langsung tidak diberi perhatian membuat kejutan apabila mengalahkan 6 regu daru UMS, KUKUM, KUTKM, UKM dan MMU sebelum tewas kepada regu UPM di peringkat separuh akhir yang dibarisi oleh pemain kebangsaan yang menyertai kejohanan sukan Asia di Doha Disember lalu.

Lakaran kecemerlangan bertambah manis apabila regu USIM turut mendapat ucapan tahniah dan pujian oleh Duli Yang Teramat Mulia Raja Muda Perlis yang turut hadir bagi menyampaikan hadiah di Stadium UiTM petang semalam. Kejayaan ini merupakan rekod terbaik USIM sejak mula menyertai Sirkit ini 3 tahun lalu di bawah nama KUIM.

Pesilat USIM Cemerlang di UM Sementara itu pasukan silat olahraga USIM yang menyertai Kejohanan Pencak Silat Jemputan Universiti Malaya telah berjaya merangkul 2 pingat emas, 1 perak dan 10 gangsa. Pencapaian ini juga merupakan rekod terbaik USIM yang hanya memperoleh 1 perak dan 3 gangsa pada kejohanan yang sama tahun lalu.

Semangat juang yang dipamerkan oleh pesilat muda USIM terserlah walaupun diberitakan ada dikalangan mereka yang cedera tetapi berjaya membawa pulang pingat untuk universiti yang disayangi. Kejohanan tahunan ini juga disertai beberapa pasukan handalan dan pesilat kebangsaan seperti UiTM, UPM, ATMA dan tuan rumah sendiri.

Ternyata kedua-dua kejayaan ini turut dikongsi oleh Y. Bhg Dato' Naib Canselor dan pihak pengurusan tertinggi universiti yang merakamkan ucapan tahniah dan rasa gembira atas kejayaan kedua-dua pasukan ini. Kegembiraan warga USIM bertambah ceria dengan berita kejayaan ini. Kepada para atlet, pegawai dan jurulatih warga infosukan mengucapkan syabas dan semoga kejayaan ini akan menjadi perangsang dan azimat untuk mencapai kegemilangan
untuk universiti yang dan persada sukan negara serta antarabangsa.

Sumber: http://infosukan.usim.edu.my/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=115